KERAJAAN BONE
Bone dahulu disebut TANAH BONE. Berdasarkan lontarak bahwa nama asli Bone adalah PASIR, dalam bahasa bugis dinamakan Bone adalah KESSI (pasir). Dari sinilah asal usul sehingga dinamakan BONE. Adapun bukit pasir yang dimaksud kawasan Bone sebenarnya adalah lokasi Bangunan Mesjid Raya sekarang letaknya persis di Jantung Kota Watampone Ibu Kota Kabupaten Bone tepatnya di Kelurahan Bukaka.
Sejarah mencatat bahwa Bone merupakan salah satu kerajaan besar di nusantara pada masalalu. Kerajaan Bone
yang dalam catatan sejarah didirikan oleh Manurungnge Rimatajang pada
awal abad XIV atau pada tahun 1330. Manurungnge Ri Matajang bergelar
MATA SILOMPO’E sebagai Raja Bone Pertama, memerintah pada Tahun 1330 –
1365. Selanjutnya digantikan Turunannya secara turun temurun hingga
berakhir Kepada H.ANDI MAPPANYUKKI, Kerajaan Bone mencapai
puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Latenritatta Towappatunru
Daeng Serang Datu Mario Riwawo Aru Palakka Malampee Gemmekna Petta
Torisompae Matinroeri Bontoala, pertengahan abad ke-17 (A.Sultan
Kasim,2002). Kebesaran Kerajaan Bone tersebut dapat memberi pelajaran dan hikmah yang memadai bagi masyarakat Bone
saat ini dalam rangka menjawab dinamika pembangunan dan
perubahan-perubahan sosial, perubahan ekonomi, pergeseran budaya serta
dalam menghadapi kecenderungan yang bersifat global.
Belajar dan mengambil hikmah dari Sejarah Kerajaan Bone
pada masa lalu minimal terdapat tiga hal yang bersifat mendasar untuk
diaktualisasikan dan dihidupkan kembali karena memiliki persesuaian
dengan kebutuhan masyarakat Bone dalam upaya menata kehidupan kearah yang lebih baik. Ketiga hal yang dimaksud adalah :
Pertama
Pelajaran dan hikmah dalam bidang politik dan tata pemerintahan. Dalam hubungannya dengan bidang ini, sistem Kerajaan Bone
pada masa lalu sangat menjunjung tinggi kedaulatan rakyat atau dalam
terminology politik modern dikenal dengan istilah demokrasi. Ini
dibuktikan dengan penerapan representasi kepentingan rakyat melalui
lembaga perwakilan mereka di dalam dewan adat yang disebut "ade pitue",
yaitu tujuh orang pejabat adat yang bertindak sebagai penasehat raja.
Segala sesuatu yang terjadi dalam kerajaan dimusyawarahkan oleh ade
pitue dan hasil keputusan musyawarah disampaikan kepada raja untuk
dilaksanakan. Selain itu di dalam penyelanggaraan pemerintahan sangat
mengedepankan azas kemanusiaan dan musyawarah. Prinsip ini berasal dari
pesan Kajaolaliddong seorang cerdik cendikia Bone yang hidup pada tahun 1507-1586 yang pernah disampaikan kepada Raja Bone seperti yang dikemukakan oleh Wiwiek P . Yoesoep (1982: 10) bahwa terdapat empat faktor yang membesarkan kerajaan yaitu:
- Seuwani, Temmatinroi matanna Arung Mangkau'e mitai munrinna gau'e (Mata Raja tak terpejam memikirkan akibat segala perbuatan).
- Maduanna, Maccapi Arung Mangkau'e duppai ada' (Raja harus pintar menjawab kata-kata).
- Matellunna, Maccapi Arung Mangkau'e mpinru ada' (Raja harus pintar membuat kata-kata atau jawaban).
- Maeppa'na, Tettakalupai surona mpawa ada tongeng (Duta tidak lupa menyampaikan kata-kata yang benar).
Pesan Kajaolaliddong ini antara lain dapat diinterpretasikan
kedalam pemaknaan yang mendalam bagi seorang raja betapa pentingnya
perasaan, pikiran dan kehendak rakyat dipahami dan disikapi.
Kedua
Yang menjadi pelajaran dan hikmah dari Sejarah Kerajaan Bone
terletak pada pandangan yang meletakkan kerjasama dengan daerah lain,
dan pendekatan diplomasi sebagai bagian penting dari usaha membangun
negeri agar menjadi lebih baik.Urgensi terhadap pandangan seperti itu
tampak jelas ketika kita menelusuri puncak-puncak kejayaan Bone dimasa lalu.
Kirab Kerajaan Bone
Dan sebagai bentuk monumental dari pandangan ini di kenal dalam sejarah akan perjanjian dan ikrar bersama Kerajaan Bone,
Wajo dan Soppeng yang melahirkan TELLUM POCCOE atau dengan sebutan lain
"LaMumpatue Ri Timurung" yang dimaksudkan sebagai upaya memperkuat
posisi kerajaan dalam menghadapi tantangan dari luar. Kemudian pelajaran dan hikmah yang ketiga dapat dipetik dari Sejarah Kerajaan Bone adalah warisan budaya kaya dengan pesan Pesan kemanusiaan yang mencerminkan kecerdasan manusia Bone pada masa lalu.
Banyak refrensi yang bisa dipetik dari sari pati ajaran
Islam dalam menghadapi kehidupan, dalam menjawab tantangan pembangunan
dan dalam menghadapi perubahan-perubahan yang semakin cepat. Namun yang
terpenting adalah bahwa semangat religiusitas orang Bone dapat menjawab perkembangan zaman dengan segala bentuk perubahan dan dinamikanya. Demikian halnya (Kabupaten Bone)
potensi yang besar yang dimiliki, yang dapat dimanfaatkan bagi
pembangunan demi kemakmuran rakyat. Potensi itu cukup beragam seperti
dalam bidang pertanian, perkebunan, kelautan, pariwisata dan potensi
lainnya.